Selasa, 18 Agustus 2009

Sendu pantas untuk sana

Sendu pantas untuk sana

Sendu hati yang terobati
Tubuh letih yang terkungkung janji
Terbaring diantara lipatan-lipatan mimpi
Mengais puing-puing masa silam yang tlah terlewati
Diantara riuh rencak irama yang mereka sebut musikalisasi

Engkau meminang aksara yang kau racik jadi puisi
Lalu mencoba membacakannya pada mentari
Berharap agar malam nanti aroma puisi masih wangi
Yang terbawa oleh desiran angin senja hingga dini hari
Dan kau mengulangi lagi ritual pagi sarapan puisi
Bersanding dengan secawan kopi yang telah tinggal ampas
Namun engkau tetap menikmati sendiri

Sendu hati yang tak juga pergi
Meski setangkup rindu engkau telah engkau hiasi
Dengan tetesan embun yang kau bilang suci
Aku tak peduli lagi dengan deretan kalimat yang kau tulis ini

Aku hanya ingin mendengarkan dari yang terkasih
Selalu nikmati untuk dilantunkan ketika pagi dan malam hari
Selalu mengajari tentang apa itu pasangan sejati
Jauh lebih nikmat daripada melihat tulisan-tulisan pagi
Yang tercetak dengan rapi dilembaran-lembaran kumpulan warta
Aku hanya ingin menggali
Dibalik lipatan-lipatan jejak kaki
Yang tak sempat bersuara lantang memaki
Disini aku hanya memunguti serakan-serakan abjad ini
Bersama dengan yang terpilih dan terkasih
Untuk aku abadikan didalam kamar tidurku sendiri
Sebab kebahagiaan hanya boleh masuk rumah kami


Jakarta 12 Agustus 2009