Sajak sudah merdeka
Melam menampik sunyi
Menggelut diri dalam perkelahian birahi
Antara sadar dan tak ada kesadaran diri
Mencari puncak kesunyian hati
Mengkultuskan syair-syair dendam diantara kilatan belati
Menjamasi diri dengan milyaran kobaran dengki
Lalu tersungkur dalam kemenangan yang hakiki
Bukan anyir darah yang membanjiri
Melainkan peluh dari pori-pori persembahan ini
Sabetan cahaya rembulan merobek gelap
Menyajikan ritual pujian entah untuk siapa
Dan mengapa gelak tersobek oleh cahaya
Lalu terbujur kaku diseberang sana
Dengan kibaran umbul-umbul yang nyaris tumbang
Menyayat hati yang kian mengerlingkan kesejatian emosi
Diantara bebatuan jahanam yang terus bersorak untuk memaki
Hanya sajak yang kau tulis dipanji tetap mensucikan diri
Lalu……kenapa engkau terus mengalunkan tembang laksana perang suci?
Jakarta 19 Juni 2009
Jumat, 19 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas Kunjungannya. Silahkan tinggalkan pesan anda.